Sudah hampir dua puluh empat jam Risa terkulai tak sadarkan diri. Suasana Idul Fitri hampir tak tersisa lagi kebahagiaannya. Sejak siang hari puasa terakhir, kesadarannya semakin berkurang. Lafal doa dan talkin yang dilantunkan segenap keluarga, mengudara mengambang di langit menuju Arsy. Tak terhitung sanak kerabat yang datang silih berganti. Mungkin ini saat terakhirnya. Ah, siapa pun akan berpikir demikian. Derai air mata menyiratkan kepasrahan. Malaikat maut tak pernah melepas tanggung jawabnya walau sesaat. Ia selalu tepat waktu bila sudah tiba saatnya. Namun tetap takkan mendahului sebuah takdir kematian seseorang. “Besok pagi Risa dibawa ke rumah sakit. Bisa pinjam ambulans Puskesmas,” ujar Ali, sambil menenangkan ibu Risa, kakaknya yang penuh kesedihan. *** Bukan hal aneh bagi Risa pulang-pergi ke rumah sakit. Hampir setiap bulan selama delapan tahun, tak terbilang berapa kali ia dirawat. Berapa ribu butir obat yang telah ...
Komentar
Posting Komentar